Libur sekolah kenaikan kelas ini telah tiba, selama dua minggu lamanya kami akan bersenang-senang mengisi liburan kali ini. Aku ingat liburan tahun lalu, aku pergi ke Ragunan melihat binatang-binatang ciptaan Allah. Di sana kami benar-benar takjub akan kebesaran ciptaan-Nya. Kami melihat gajah yang mempunyai tubuh yang besar, monyet-monyet yang sangat lincah pindah dari pohon satu ke pohon yang lain, rusa-rusa yang dapat berlari dengan gesitnya, dan masih banyak hewan unik lainnya yang kami lihat.
Liburan kali ini aku sempat bingung akan aku isi dengan apa. Ada ide ingin berekreasi lagi di tempat wisata ibukota, tapi tidak jadi karena aku tidak punya cukup banyak uang untuk pergi kesana. Sedangkan aku tidak mau merepotkan orang tua dengan meminta ongkos untukku berekreasi. Berbeda dengan tahun lalu saat aku bisa pergi ke Ragunan dengan uang tabunganku sendiri.
Aku dan Tasya berpikir sejenak untuk mencari ide mengisi liburan kali ini. Tasya adalah temanku, ia juga satu sekolah denganku di SD Harapan Nusa 1. Rumahnya juga tidak terlalu jauh denganku, sehingga kami biasa bermain bersama-sama.
Sempat bingung kami mencari ide untuk mengisi liburan kali ini. Kami menginginkan agar liburan kali ini benar-benar menjadi berarti. Sebelum liburan sekolh datang, Bu Dedeh guru Bahasa Indonesiaku memberi tugas untuk membuat karangan singkat tentang liburan kali ini. Dan harus di kumpulkan saat menjelang masuk sekolah nanti. Tugas ini memang kami tunggu-tunggu, kami ingin menuliskan sesuatu yang berarti ketika teman-teman kami yang lainnya juga mendengar ceritanya.
***
Aku mendengar cerita Dita, teman sekelasku juga. Ia bercerita bahwa ia akan mengisi liburan kali ini dengan bermain video game sepuasnya. Katanya ia telah meminjam video game itu dari pamannya. Ketika itu Dita juga mengajakku bermain ke rumahnya untuk mengisi liburan dengan bermain video game bersamanya. Tapi aku menolak tawarannya, aku telah bertekad untuk mengisi liburan ini dengan hal yang berarti, unik, dan bisa memberi inspirsi buat teman-temanku nanti.
Aku pergi ke rumah Tasya. Kami berbincang-bincang di kamar Tasya di lantai dua. Suasananya damai, angin berhembus sepoi-sepoi membuatku mengantuk. Untuk mengatasi rasa kantuk yang aku rasakan aku membuka-buka majalah milik Tasya.
“Sya, aku pinjem majalahmu ya. Biar nggak ngantuk ni. Abis suasana di sini sejuk banget si. Heheheh" pintaku sambil mengambil majalah yang tergeletak di atas meja
“Suasana di sini memang bikin ngantuk. Baca aja, nggak apa-apa kok, oh iya aku masih punya banyak edisi yang lainnya lho. Berhubung kita senang baca, bantu aku ngambil sisanya di bawah yuk...! siapa tahu kita dapet ide” usul Tasya
Aku menyetujui usul Tasya. Lalu kami berdua turun mengambil majalah di lantai bawah. Kami membacanya, menjelajahi halaman demi halaman tanpa menyadari satu jam telah berlalu. Majalah anak-anak ini memang bagus sehingga kami begitu menikmatinya. Di dalam majalah ini ada begitu banyak ilmu. Beruntung kami termasuk orang yang hobi membaca. Ketika sedang asik aku membaca sebuah artikel, usul Tasya memecah konsentrasiku.
“Aku punya ide!! Bagaimana kalau kita berbisnis”
“Bisnis apa, Sya?”
“Bisnis penyewaan buku-buku. Kita manfaatkan buku-buku kita di rumah untuk di sewakan. Majalah-majalah langgananku ini juga, daripada cuma di simpen di rumah aja mending disewakan ke teman-teman kita. Selain kita dapat uang, kita juga sudah berbagi ilmu ke teman-teman kita dengan meminjaminya buku. Bagaimana?” usul Tasya
“Oke juga Sya idemu, kita bisa berbagi ilmu itu perbuatan yang amat mulia. Lalu uang hasil keuntungan itu bagaimana? Apa kita harus bagi dua?”
Kami diam sejenak berpikir untuk apa uang hasil penyewaannya nanti.
“Kita kumpulkan untuk membeli buku-buku koleksi lagi. Terus kita sewakan lagi deh. Nanti kalau keuntungan kita banyak, buku-buku koleksi kita juga tambah lengkap dan akhirnya banyak juga yang akan datang meminjam buku. Bagaimana? Oke kan?” usul Tasya dengan mata berbinar.
“Hebat juga usulmu. Dengan begitu, setidaknya liburan kita menjadi lebih berarti. Dan kita bisa buat tugas karangan dengan ide ini. Hebat kan?” aku tersenyum. Tasya juga tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar