Kamis, 11 November 2010

KENA BATUNYA

Aku punya teman, namanya Beno. Dia siswa pindahan dari Jakarta. Dia pindah ke kotaku di Purworejo, Jawa Tengah ini, karena orang tuanya seorang polisi yang di pindahtugaskan di sini. Rumahnya tidak cukup jauh dari rumahku, kalau jalan kaki lima belas menit sudah sampai di rumahnya. Kami memang tinggal satu desa. Desa kami terletak di dekat kaki gunung yang kaya akan mata air. Keelokan desa kami tak ada yang menyamai di daerah lainnya.
Beno yang juga sebaya denganku, kini menjadi teman sekelasku. Kami berkenalan. Beberapa hari aku mengenalnya, aku merasa dia adalah seorang anak yang angkuh. Entah mengapa aku kadang merasa tidak nyaman di dekatnya, karena sikapnya yang suka merendahkan orang lain.
Waktu itu pada jam istirahat, Beno membuka tas miliknya dan mengeluarkan mainan mobil-mobilan.
“Teman-teman aku bawa mainan ni dari Jakarta. Namanya mobil Tamiya 4WD. Mobil ini bisa melaju cepat sekali di trek. Pernah aku menangkapnya ketika sedang melaju, karena saking cepatnya mobil ini tanganku terluka. Tapi nggak apa-apa. Aku puas dengan kecepatannya, pasti nggak ada yang ngalahin di desa ini. Hahahahaha......” ucap Beno penuh kesombangan. Teman-temanku dan aku awalnya memang kagum dengan mainannya karena di kota kami hanya menjual mobil tamiya biasa, bukan modifikasi seperti milik Beno yang bisa melaju cepat tapi kekaguman kami lantas sirna dengan sikapnya yang sombong.
“Beno!!! Kamu mau pamerin mainanmu atau mau menghina si?” bentak Rani si gadis berkepang dua
“Ran, sebenarnya ku cuma pengen nunjukin maenanku aja kok. Tapi emang bener kan nggak ada yang bisa ngalahin mobilku ini. Hahahaha.......”
Beno memang anak yang sombong. Aku muak dengan sikapnya. Hampir aku ingin menyembunyikan mobil tamiaya miliknya, tapi aku teringat pelajaran moral yang di ajarkan bu Ningsih. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan pula karena itu tidak akan pernah menuju kebaikan.
***
Siang itu panas sekali. Matahari bersinar dengan teriknya. Itik-itik yang biasa melintas di jalan menuju sawah juga tak kelihatan. Mungkin sudah lebih dulu berendam di kubangan dekat sawah. Padi-padi yang menguning hampir memasuki musim panen ini memiliki tangkai yang panjang, angin menggoyangkannya dan membentuk seperti alunan ombak yang naik turun di terka angin.
Aku, Budi, Joko, dan Beno bersama-sama menuju rumah setelah bel pulang sekolah berdering. Kami memang sering pulang bareng karena rumah kami yang berdekatan. Hari ini panas, Joko mengutarakan idenya mengajak berenang di sungai dekat sawah.
“Teman-teman!!!! kita berenang yuks!!! Seger banget ni kayaknya kalo kita berenang di tengah terik panas gini. Piye??” usul Joko dengan logat Jawanya
“Boleh juga jok, ayo!!!” seru Budi
“Renang di mana jok?” tanya Beno dengan raut wajah khawatir
“Disana itu lho, yang deket sawahnya pak Jamal. Berani ndak?” jawab Joko
“Ya berani lah... renang aja kok nggak bisa, tinggal ceplak-cepluk ngayunin tangan. Lagian aku dulu juga udah sering berenang di Water Boom. Kalian tahu nggak Water Boom?”
“Kita nggak tahu lah, kan belum pernah kesana. Tapi yang bener ni kamu berani renang di sungai? Entar nggak bisa berenang lagi? Hahahaha....” jawab Budi
“Udah jangan banyak tanya mending kita langsung ke sungai aku udah nggak sabar mau buktiin sama kalian semua. Renang mah gampang. Kecil...!!! hahahahha” jawab Beno sambil menyingsingkan lengan bajunya.
***
Akhirnya kita sampai di sungai. Beno langsung melepas baju, dan..... Byurrrrrr!!!!! Air langsung muncrat ke wajah kami. Aku, Budi, dan Joko juga langsung terjun, langsung menyelam seperti biasa kalau pertama kali berenang. Namun aku melihat Beno di permukaan ketika aku menyelam. Beno kelihatannya panik dan menggerak-gerakkan kaki, tangan, dan timbul tenggelam. Jangan-jangan Beno nggak bisa berenang....
“Kenapa kamu Ben?” tanyaku ketika telah menariknya ke pinggir sungai
“Aku hampir tenggelam. Aku pikir sungainya dangkal kayak di Water Boom”
“Lha emangnya kamu nggak bisa berenang? ” tanya Budi
“Maaf teman aku bohong” jawab Beno sambil menunduk malu
Kena batunya juga Beno. Ternyata dia nggak bisa berenang. Hampir saja dia tenggelam karena sikap angkuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar